Panitia penyelenggara di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara, Jawa Tengah Nyai Hj Hindun Anisah menyampaikan bahwa julukan kota perempuan yang disematkan jadi alasan kuat dipilihnya Jepara sebagai tempat diselenggarakannya Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II.
“Kita ketahui bahwa Jepara memiliki ikon yang sangat kental dengan kota perempuan, di sini, ada tiga tokoh perempuan yang cukup menginspirasi, yaitu ada Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan RA Kartini,” kata Nyai Hindun, dalam keterangannya, Selasa (8/10/2022).
Ketiga tokoh perempuan itu kemudian ia jelaskan satu-persatu. Pertama, Ratu Shima sosok ratu yang berkepribadian tegas dan adil juga bijaksana terhadap rakyatnya. Selain itu, Ratu Shima juga terkenal sebagai ratu yang cerdas di bidang hukum.
“Kedua ada Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat menjadi tokoh perempuan yang sangat luar biasa, terutama bagaimana memberdayakan masyarakat di bidang ekonomi,” papar dia.
Menurutnya, Ratu Kalinyamat juga terkenal sebagai tokoh yang berhasil memajukan Jepara bahkan saat itu ada pelabuhan di Jepara yang dikembangkan oleh Ratu Kalinyamat. Pada masa kekuasaan Ratu Kalinyamat, kota pelabuhan Jepara merupakan salah satu kota atau kerajaan maritim di Pantai Utara Jawa yang sangat kuat.
“Lalu yang terakhir ada RA Kartini. Kartini menjadi tokoh perempuan yang sangat memberikan banyak inspirasi terkait semangat bagi kaum para perempuan untuk berpendidikan yang tinggi,” jelas dia.
Staf Ahli Menteri Ketenagakerjaan RI itu lebih lanjut menerangkan terpilihnya Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara menjadi tempat perhelatan KUPI II. Menurutnya, Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari mempunyai sejarah yang panjang terkait pengkaderan ulama perempuan se-wilayah Jawa Tengah.
“Kami tidak ujug-ujug terlibat dalam proses keulamaan perempuan. Di tahun 2012 di tempat kami ini, menjadi tempat seleksi pengkaderan ulama perempuan untuk wilayah Jawa Tengah,” terang Nyai Hindun.
“Jadi (PP Hasyim Asy’ari) ini memang punya sejarah sendiri dalam mengantarkan ulama perempuan itu. Temasuk yang memimpin pesantren kami Nyai Hj Aizzah Amin juga memiliki pengaruh,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana KUPI II, Nyai Hj Masruchah mengatakan, alasan lain terpilihnya pondok tersebut tak lain karena sosok pengasuh pondok pesantren, yakni Nyai Hj Hindun dan KH Nurrudin Amin yang sejak 2018 lalu meminta pesantrennya menjadi tempat perhelatan KUPI II.
“Pertimbangannya pasangan Mbak Nyai Hindun dan Mas Nurrudin Amin sudah memiliki perspektif mubadalah, dan memiliki pengaruh di masyarakat. Serta Jepara sendiri punya kesejarahan khusus terkait tokoh perempuan,” kata Ny Masruchah.
Seperti diketahui, Kongres Ulama Perempuan Indonesia kedua (KUPI II), direncanakan digelar pada 23-26 November 2022 di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah, dengan mengangkat tema “Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan”.
Pada Kongres ke-2 ini, Musyawarah Keagamaan KUPI akan membahas dan memutuskan fatwa tentang lima isu krusial. Yakni, peran perempuan dalam merawat bangsa dari ekstrimisme; pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga untuk keberlanjutan lingkungan.
Berikutnya, perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan; perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan, dan perlindungan perempuan dari bahaya tindak pemotongan dan pelukaan genetalia perempuan.
Sumber: nu.or.id