Perempuan sebagai ibu bangsa memiliki legitimasi untuk berperan lebih besar dalam mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan bersatu.
“Perempuan dalam keluarga jelas memiliki peran sentral, tetapi mengapa kekuatan alami itu belum berhasil dibawa ke sektor formal. Kita perlu mendorong perempuan masuk dalam sistem dalam proses pembangunan bangsa,” kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat membuka acara temu tokoh nasional MPR bertema Meneguhkan peran ulama perempuan untuk memperkuat kebangsaan di sela penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis, 24 November 2022.
Hadir pada acara tersebut antara lain Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A., Menteri Agama 2014—2019 Dr (H.C) K.H. Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua DPRD Kab. Jepara K.H. Nuruddin Amin, dan Bupati Bojonegoro 2008—2018 Dr.Suyoto, M.Si.
Lestari menyatakan saat ini banyak permasalahan bangsa yang harus dihadapi. Melalui pelaksanaan KUPI II ini para perempuan diharapkan ikut aktif memengaruhi kebijakan dalam upaya menjawab berbagai tantangan itu.
Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, KUPI adalah salah satu kekuatan yang luar biasa yang bisa mewujudkan peningkatan partisipasi perempuan di ruang publik. “Jadi, apa pun partai dan golongannya para perempuan harus membuka kesempatan seluas-luasnya agar mampu melakukan perubahan dari dalam sistem ketatanegaraan yang kita jalankan,” kata anggota Komisi X DPR itu.
Apalagi, ujar Rerie, saat pandemi dipacu untuk melakukan banyak perubahan. Sebelumnya, bangsa ini juga menghadapi lompatan-lompatan teknologi yang belum sepenuhnya bisa diantisipasi sejumlah dampaknya.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu juga mengingatkan para hadirin tentang pentingnya empat pilar kebangsaan, seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam keseharian.
“Keempat konsensus kebangsaan itu harus menjadi napas setiap anak bangsa, termasuk para anggota KUPI, dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Rerie berharap di era ini para anggota KUPI dapat berperan dalam mengisi pembangunan dan mampu menjadi agen pemersatu bangsa. Apalagi, ujarnya, tantangan global seperti resesi ekonomi dan pemikiran-pemikiran besar yang mendorong gerakan ekstrem kiri maupun kanan berpotensi mengancam bangsa.
“Kita harus bersatu untuk menangkal para anasir yang membawa berbagai ancaman tersebut ke Tanah Air. Saya yakin para anggota KUPI mampu mendidik anak bangsa untuk mewujudkan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat dan bersatu,” katanya.
Sumber: lampost.co
[…] “KUPI menjadi momentum historis yang menyatukan inisiatif-inisiatif komunitas dan lembaga-lembaga yang bergerak pada pemberdayaan perempuan, di kalangan akademisi, aktivis organisasi keislaman, praktisi pemberdayaan di akar rumput, dan bahkan para aktivis gender,” kata Badriyah Fayumi, Ketua SC KUPI II. […]
[…] “KUPI menjadi momentum historis yang menyatukan inisiatif-inisiatif komunitas dan lembaga-lembaga yang bergerak pada pemberdayaan perempuan, di kalangan akademisi, aktivis organisasi keislaman, praktisi pemberdayaan di akar rumput, dan bahkan para aktivis gender,” kata Badriyah Fayumi, Ketua SC KUPI II. […]
[…] “KUPI menjadi momentum historis yang menyatukan inisiatif-inisiatif komunitas dan lembaga-lembaga yang bergerak pada pemberdayaan perempuan, di kalangan akademisi, aktivis organisasi keislaman, praktisi pemberdayaan di akar rumput, dan bahkan para aktivis gender,” kata Badriyah Fayumi, Ketua SC KUPI II. […]