Ulama Perempuan
Ulama Perempuan

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II menggelar Konferensi Internasional Ulama Perempuan di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Walisongo, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (23/11/2022). Kegiatan ini melibatkan ulama perempuan dari 31 negara di berbagai belahan dunia. Di antaranya, Afghanistan, Australia, Belgia, Burundi, Mesir, Prancis, Jerman, Hong Kong, India, Irak, Jepang, Kenya, Malaysia, Belanda, Nigeria, Pakistan, Filipina, Puerto Rico, Rusia, Singapura, Slowakia, Afrika Selatan, Sri Langka, Swedia, Suriah, Thailand, Mauritania, Uganda, Inggris, dan Amerika Serikat. Menariknya, mereka datang bukan sebagai tamu, tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari konferensi internasional.

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 400 orang itu dibuka secara daring oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwasanya perempuan menjadi benteng pertama dalam menangkal paham radikalisme. Pada konteks ini, kehadiran ulama perempuan lewat KUPI dapat menjawab kebutuhan tersebut.

“Saya berharap dengan KUPI, ulama perempuan lebih militan menangkal konten yang kontraproduktif bagi perempuan. Melalui KUPI II ulama perempuan meneguhkan perannya dalam membangun peradaban yang adil sesuai yang dicita-citakan Islam,” tuturnya.

Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu berharap KUPI II melahirkan pemikiran-pemikiran berperspektif perempuan guna mewujudkan masyarakat yang lebih baik.

Ruang Perjumpaan

Sebelumnya, Ketua Steering Committee KUPI II Nyai Badriyah Fayumi menegaskan bahwa KUPI adalah ruang perjumpaan untuk berbagi pengalaman, sekaligus ruang bersama merumuskan cita-cita kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai Islam di masa depan.

“Ketika berbicara tentang Islam, tidak bisa lepas dari kemanusiaan, bangsa dan semesta,” ujarnya dalam sambutan pembukaan Konferensi Internasional Ulama Perempuan, Rabu pagi.

KUPI II mempertemukan teks keagamaan dengan konteks yang dihadapi masyarakat. Kongres Ulama Perempuan Indonesia ini juga mengawinkan produk pemikiran perguruan tinggi yang berbasis penelitian dan pemikiran khas pesantren yang merujuk kitab kuning.

Konferensi internasional KUPI II dimaksudkan untuk menjadi ruang bersama menyatukan komitmen dan membangun peradaban dunia yang berkeadilan.

“Kebersamaan ini tidak berarti selalu bersama-sama, tapi bergerak dengan tujuan yang sama. Kerja-kerja para ulama di akar rumput dapat menjadi sangat tinggi nilainya dalam mewujudkan tujuan bersama mewujudkan peradaban yang berkeadilan,” imbuh Nyai Badriyah Fayumi dengan mata berkaca-kaca karena terharu dengan antusiasme publik terhadap penyelenggaraan KUPI II.

Peserta Datang Sukarela

Sementara itu, Ketua panitia Konferensi Internasional KUPI II, Ruby Kholifah menyampaikan apresiasi kepada para peserta yang sebagian besar datang sukarela dengan biaya pribadi.

“Kita akan merumuskan masa depan dengan mulai mengapresiasi setiap perkembangan positif dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam komunitas muslim,” ungkap Ruby.

Menurutnya, penghargaan terhadap setiap perkembangan positif yang dicapai masing-masing negara dan merayakan setiap kemajuan dapat menumbuhkan semangat untuk terus menjaga nyala api perjuangan menciptakan peradaban berkeadilan.

Adapun Konferensi Internasional KUPI II terdiri dari dua sidang pleno dan enam sidang paralel yang membahas berbagai isu seperti ekonomi hijau, perlindungan bagi perempuan pembela HAM, dan praktik baik pelibatan laki-laki dalam perlindungan perempuan.

Kegiatan KUPI II akan dilanjutkan di Pondok Pesantren Hasyim Ashari, Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada 24-26 November 2022 mendatang.

Sumber: merdeka.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini