ulama perempuan
ulama perempuan

Sejumlah ulama perempuan dari 37 negara akan bertemu dalam Konferensi Internasional yang menjadi bagian dari Kongres Ulama Perempuan Indonesia kedua atau KUPI 2 pada Rabu (23/11/2022) mendatang.

Mereka datang dari Burundi, Kanada, Mesir, Finlandia, Francis, Jerman, Hong Kong, Hungaria, India, Kenya, Indonesia, Malaysia, Maroko, Pakistan,Filipina, Suriah, Sri Lanka,
Thailand, Belanda, Tunisia, Turki, United Kingdom dan Amerika Serikat.

Mengambil tema “Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan”, Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia sekaligus pelaksana OC KUPI II, Ruby Kholifah mengatakan konferensi digelar untuk meneguhkan kembali peran perempuan dalam membangun kebijakan yang ramah dan melindungi jiwa perempuan.

“Peran perempuan harus dilibatkan dalam membangun kebijakan yang melindungi perempuan,” katanya saat menjadi narasumber dalam acara Pra Konferensi Internasional di Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo, Senin (21/11/2022).

Selain itu, kata dia, sejumlah refleksi bakal dibahas dalam konferensi internasional tersebut. Termasuk analisis dan tantangan baru di berbagai negara tentang pandangan keagamaan.

Nantinya, ulama perempuan dunia tersebut akan berbagi pengalaman untuk membangun sebuah pendekatan memberikan perlindungan hak-hak asasi perempuan.

“Bagaimana gerakan ulama ini bisa tumbuh untuk perlindungan hak-hak asasi perempuan. Tak hanya perempuan muslim, tapi juga lintas agama,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris acara KUPI II Faqihudin Abdul Qodir menyebut konferensi internasional ini menjadi konsolidasi antara ulama perempuan yang berkecimpung dalam diskursus agama dan keadilan gender.

“Ulama bukan individu. Ulama adalah gerakan bersama semua untuk didedikasikan kepada sesama,” katanya.

Ia juga menegaskan sekaligus mengabarkan kepada dunia jika perempuan memiliki tempat untuk terus terlibat menuju keadilan gender.

“Mereka harus terus dilibatkan terutama ketika mengiginkan peradaban yang berkeadilan,” imbuhnya.

Wakil Rektor II Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Walisongo, Mukhsin Jamil mengapresiasi langkah yang diambil KUPI.

Menurutnya, latar belakang dan gerakan perempuan yang mereka bawa akan berperan penting dalam mengembangkan peradaban yang berpengetahuan dan keadilan.

“Seluruh elemen yang terlibat bisa bertukar pengalaman dan pemikiran serta problem yang mereka hadapi dalam rangka mengembangkan peradaban yang berpengetahuan dan keadilan,” ucapnya.

Perguruan tinggi, kata Mukhsin juga memiliki peran tak kalah penting menciptakan peradaban dunia untuk mendorong penelitian ilmiah.

“Berbagai macam gerakan ini bisa menjadi kerangka ilmiah yang nantinya dapat kita jadikan landasan bersama membangun peradaban,” tuturnya.

Sumber: jateng.tribunnews.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini